(0362) 21985
bagumumsetdabuleleng@gmail.com
Bagian Umum Sekretariat Daerah Kabupaten Buleleng

Demplot Eco-Farming, Langkah Strategis Peningkatan Produksi Pertanian di Buleleng

Admin umumsetda | 17 Mei 2021 | 564 kali

Pelaksanaan Demplot Eco-Farming  pada PENANAMAN padi varietas Sulutan Unsrat 2 menjadi salah satu langkah strategis peningkatan kuantitas dan kualitas produksi pertanian di Kabupaten Buleleng, Bali.

Hal tersebut disampaikan Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana dalam sambutannya yang dibacakan oleh Kepala Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Buleleng I Made Sumiarta saat kegiatan Panen Padi Sulutan Unsrat 2 pada lahan Demplot Eco-Farming di Subak  Babakan, Desa Sambangan, Kecamatan Sukasada, Senin (17/5).

Agus Suradnyana menjelaskan pertanian menjadi prioritas pembangunan di Kabupaten Buleleng saat ini. Prioritas ini guna mengintegrasikan dan mengoptimalisasikan pembangunan pertanian dari hulu sampai ke hilir. Penggunaan metode Demplot Eco-Farming pada penanaman padi Sulutan Unsrat 2 tentu merupakan salah satu langkah strategis untuk meningkatkan kuantitas maupun kualitas produksi pertanian di Kabupaten Buleleng. Dengan menggabungkan input produksi yang optimal, baik dari segi penyediaan benih unggul dan penggunaan pupuk organik yang juga mendukung program Gubernur Bali menuju Bali Organik. “Melalui kerja sama dengan semua pihak yang dilakukan ini, saya yakin bersama kita bisa membangun pertanian di Buleleng yang lebih maju, mandiri, dan modern,” jelasnya.

Ditemui usai Panen Padi, I Made Sumiarta menyebutkan kegiatan ini sesuai dengan program Kementerian Pertanian (Kementan) RI untuk bisa meningkatkan produktivitas pertanian khususnya padi. dalam mewujudkan hal tersebut, bersinggungan dengan berbagai faktor permasalahan. Distan mempunyai program bagaimana meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian khususnya padi. Dengan cara intensifikasi. Mengintensifkan dengan segi teknologi dan inovasi untuk meningkatkan produksi. Salah satunya Demplot penggunaan pupuk organik Eco-Farming bekerja sama dengan PT Best. “Dikaitkan dengan penggunaan pupuk yang tidak optimal dalam hal ini hanya 50 persen. Karena dengan menggunakan pupuk setengah maupun penuh hasilnya hampir sama, cukup bagus. Pupuk anorganiknya 50 persen,” sebutnya.

Ke depan, tidak hanya penggunaan pupuk organik 50 persen. Bagaimana selanjutnya penuh menggunakan bahan-bahan atau pupuk organik. Dengan mengurangi penggunaan pupuk anorganik. Dari 50 persen penggunaan pupuk anorganik menjadi hanya 20 persen saja. “Sembari membuktikan kepada petani bahwa penggunaan pupuk anorganik yang sedikit hasilnya bisa optimal,” ucap Sumiarta.