Tradisi ngelawar atau membuat lawar oleh sekelompok masyarakat merupakan tradisi yang tidak bisa dipisahkan dari daerah Bali. Selain Babi, Entog atau yang lazim disebut kuwir di daerah Bali bisa dijadikan salah satu bahan utama dari lawar. Olahan entog sendiri biasa disajikan dengan jukut ares atau sayur khas Bali yang terbuat dari batang pohon pisang.
Puluhan orang yang berasal dari sembilan kecamatan di Kabupaten Buleleng terlihat sibuk mengolah daging entog pada Lomba Ngelawar serangkaian Twin Lake Festival (TLF) tahun 2019 yang diselenggarakan di Wantilan Desa Pakraman Pancasari, Kecamatan Sukasada, Kamis (4/7). Peserta merupakan masyarakat desa adat perwakilan masing-masing kecamatan.
Kembali ke daging entog. Daging entog merupakan bahan utama dari lawar yang sangat tricky. Dalam artian, daging entog akan berbau amis jika diolah dengan cara yang salah. Begitu pula sebaliknya. Jika seseorang mengolahnya dengan baik dan benar, olahan daging entog akan menjadi sajian yang sangat nikmat. Dipadukan dengan jukut ares yang terbuat dari batang pohon pisang. “Tidak semua orang bisa mengolah daging entog. Jika salah, bisa-bisa bau amisnya masih tersisa,” jelas Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng, Drs. Gede Komang, M.Si di sela-sela Lomba Ngelawar Kuwir ini.
Memang, daging entog ini memiliki citarasa yang sangat tinggi jika yang mengolah mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai daging entog. Entog sendiri jika dilepas liarkan bisa membuat orang jijik jika melihatnya. Ini dikarenakan entog memiliki lingkungan yang sangat kotor sehingga dagingnya berbau amis.