Menjelang akhir tahun 2019, tingkat inflasi di Buleleng masih di garis aman atau masih terkendali. Itu dibuktikan dengan angka inflasi sebesar 1,92 persen. Angka ini masih di bawah target yang ditentukan yaitu 3,5 persen.
Hal tersebut diungkapkan Wakil Bupati Buleleng, dr. I Nyoman Sutjidra, Sp.OG saat ditemui usai memimpin High Level Meeting (HLM) Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Buleleng di Ruang Rapat Lobi Kantor Bupati Buleleng, Kamis (28/11).
Wabup Sutjidra menjelaskan angka sebesar 1,92 persen masih di bawah target yang ditentukan yaitu 3,5 persen. Bahkan, Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Bali di Denpasar yang ikut hadir pada HLM ini, memproyeksikan inflasi di Buleleng khususnya di Kota Singaraja mencapai dua persen sampai dengan akhir tahun. TPID bersama dengan stakeholder terkait diharapkan mampu menjaga tren positif ini. “Angka dua persen tersebut bisa terjadi jika tidak ada gejolak yang sangat berarti,” jelasnya.
Sektor pertanian masih menjadi salah satu faktor utama yang mempengaruhi tingkat inflasi. Produk-produk pertanian seperti cabai rawit, bawang merah, bawang putih, dan juga beras. Pada HLM ini didiskusikan bersama dengan stakeholder terkait bagaimana menangani tingkat inflasi yang terjadi. Salah satunya dengan melibatkan PD Pasar. “Termasuk distribusi hasil-hasil pertanian dan mengantisipasi inflasi di Hari Raya Hindu,” ujar Wabup Sutjidra.